Seru
dan luar biasa semangatnya teman-teman
mahasiswa berdiskusi mengenai energi alternatif, energi terbarukan, green
energy atau apapun namanya, dan bioetanol (bio-ethanol) merupakan salah satu
topik yang cukup menarik untuk diulas sedikit karena berhubungan dengan penyulingan
/ distilasi / destilasi.
Apa itu etanol?
Bagaimana pembuatan
bioetanol?
Apa perbedaan destilasi
minyak atsiri dengan destilasi refluk pada etanol?
Etanol
(ethanol) disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol
absolut, atau alkohol saja,
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, larut
dalam air dan pelarut organik lainnya serta merupakan alkohol yang paling
sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Etanol banyak digunakan sebagai
pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan
manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan
obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai
stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah
lama digunakan sebagai bahan bakar.
Etanol dapat
diproduksi dengan cara:
1.
Petrokimia
melalui hidrasi etilena,
biasanya untuk kebutuhan industri.
2. Biologis melalui fermentasi menggunakan
bahan baku nabati dengan enzim dalam ragi (misalnya Saccharomyces cerevisiae). Bahan
baku nabati meliputi bahan baku sumber gula yaitu tebu/molase, nira; bahan baku
sumber pati yaitu ubi kayu, jagung; dan bahan baku sumber serat (lignoselulosa)
yaitu tongkol jagung, sekam dll. Etanol yang dihasilkan dengan cara ini disebut
juga bioetanol (bioethanol). Etanol yang digunakan untuk konsumsi manusia
(seperti campuran pada minuman beralkohol) dan sebagai bahan bakar (biofuel)
adalah diproduksi dengan cara fermentasi.
Sekilas mengenai pembuatan
bio-etanol dari tetes tebu (Molasses):
1. Bahan
baku: Tetes tebu (mengandung kadar gula > 50%) diencerkan dengan air, terus ditambah
urea dan NPK yang akan berfungsi sebagai nutrisi ragi, semuanya diaduk hingga tercampur merata dalam sebuah
wadah fermentor. Kemudian ditambah ragi jenis Saccharomyces cereviseae yang
berfungsi memfermentasi gula menjadi etanol. Ragi tersebut diberi air
hangat-hangat kuku secukupnya. Kemudian diaduk-aduk perlahan hingga tampak
sedikit berbusa, setelah itu baru dimasukkan ke dalam wadah fermentor dan ditutup
rapat
2. Fermentasi:
Proses fermentasi akan berjalan beberapa jam setelah semua bahan masuk ke dalam
wadah fermentor. Gelembung-gelembung udara kecil yang merupakan gas CO2
akan dihasilkan selama proses fermentasi. Proses fermentasi berjalan kurang
lebih selama 66 jam atau kira-kira 2,5 hari. Salah satu tanda bahwa fermentasi
sudah selesai adalah tidak terlihat lagi adanya gelembung-gelembung udara. Kadar
etanol yang dihasilkan dari proses fermentasi masih rendah yaitu dibawah 12%
sehingga memerlukan proses destilasi secara bertahap supaya kadar etanol
menjadi 96%.
Reaksi: C6H12O6 zymase ------> 2C2H5OH + 2CO2
Gula
Etanol
Karbon
dioksida (gas)
3. Destilasi
dan Dehidrasi: Setelah proses fermentasi
selesai, masukkan cairan hasil fermentasi ke dalam wadah destilator untuk
dilakukan penyulingan/destilasi. Panaskan destilator dan suhunya dipertahankan
antara 79 - 81oC. Pada suhu ini etanol sudah menguap tetapi air belum
karena alkohol memiliki titik didih 78,4 oC sedangkan air 100 oC.
Kadar etanol (cairan distilat) yang dihasilkan dari destilasi pertama hanya
40-45%, apabila didestilasi lagi akan menghasilkan kadar 60-70% dan untuk
menaikkan kadar etanol sampai > 95% diperlukan destilasi berulang-ulang
(reflux destilation). Jadi proses destilasi ini adalah proses pemurnian
alkohol.
Setelah
kadar etanol > 95%, maka proses penghilangan air / dehidrasi etanol dapat menggunakan
kapur tohor atau zeolit sintetis yaitu tambahkan kapur tohor pada etanol dan
dibiarkan semalam. Kemudian didestilasi lagi hingga kadarnya kurang lebih
99.5%.
Jadi dapat dikatakan
pembuatan bioetanol dari tetes tebu melalui dua tahap utama yaitu:
Pada fermentasi adalah dimana etanol diciptakan, sedangkan
pada destilasi adalah dimana etanol dipisahkan dan dipindahkan.
Pencampuran
Bioetanol dengan bensin: Bioetanol yang bisa digunakan sebagai bahan bakar
adalah bioetanol dengan kadar 99,5% (fuel grade ethanol/FGE). Bioethanol ini
bisa dicampurkan dengan bensin dengan perbandingan bioethanol : bensin sebesar
1 : 9 atau 2 : 8.
Perlu diperhatikan
bahwa selain alkohol jenis “ethanol”, ada terkandung sebagian kecil alkohol
jenis "methanol / metil alcohol”, dimana methanol ini merupakan alkohol
tidak berwarna, larut dalam air, mudah menguap, mudah terbakar dan bersifat racun.
Proses pembuatan spiritus merupakan proses alkohol
terdenaturasi karena etanolnya diberi tambahan zat-zat beracun seperti methanol, tembaga sulfat agar
alkohol tidak disalah-gunakan sebagai minuman keras dan untuk membedakannya
dengan alkohol yang lain, maka diberi zat pewarna seperti methylene biru agar
tidak diminum.
Penyulingan
Refluk (Reflux Distillation)
Refluk adalah suatu
teknik destilasi yang melibatkan kondensasi uap dan mengembalikan kondensat (cairan
kondensasi) ini ke dalam sistem dari mana kondensat tersebut berasal. Refluks
dilakukan untuk meningkatkan reaksi yang lebih sempurna dengan jalan pemanasan
tetapi tidak akan mengurangi jumlah zat yang ada.
Perbedaan Destilasi Minyak Atsiri dengan Destilasi Refluk Etanol:
1.
Proses
Destilasi minyak atsiri: uap yang
dihasilkan dari pemanasan, didinginkan dan cairan distilat (kondensat) diambil.
Destilasi refluk etanol: uap yang
dihasilkan dari pemanasan, didinginkan dan cairan distilat dialirkan kembali ke pipa kolom destilasi
untuk didestilasi ulang.
2.
Pemisahan
Destilasi minyak atsiri: pemanasan
dilakukan pada suhu 100 oC atau lebih, agar uap air yang mendidih
dapat memisahkan minyak atsiri dari komponen padatnya.
Destilasi
refluk etanol: untuk memisahkan campuran
etanol-air, maka pemanasan dilakukan pada suhu antara 79 - 81oC dimana
etanol sudah menguap sedangkan air belum (hanya mengembun).
3.
Tujuan
Destilasi minyak atsiri: untuk
mendapatkan minyak atsiri dimana cairan hasil destilasi yang mengandung air dan
minyak atsiri akan terpisah jika didiamkan karena adanya perbedaan bobot jenis.
Destilasi
refluk etanol: untuk mendapatkan etanol dengan kadar kemurnian > 95% dimana
cairan hasil destilasi mengalami berulang-ulang destilasi (refluks) untuk reaksi
pemurnian.
4.
Untuk
alat suling/destilasi skala kecil (Home Distiller)
Pada
destilasi refluk etanol terdapat kolom yang didalamnya berisi packing, pipa
refluk terhubung ke kolom destilasi dan katup refluk (reflux valve) serta katup
keluar (output valve).
5.
Rasio
refluk (reflux ratio)
Pada
destilasi refluk etanol perlu
diperhatikan tingkat pemanasan selama proses refluk dan pengaturan refluk rasio
yang efisien dan tepat.
Refluk
rasio adalah rasio jumlah cairan distilat yang dialirkan kembali ke kolom
destilasi (refluk) per jumlah cairan distilat yang diambil/dikeluarkan dari
proses destilasi. Semakin tinggi rasio refluk bisa diartikan semakin tinggi
tingkat kemurnian hasil destilasi, tetapi hasil destilasi yang diambil menjadi
semakin lambat.
Penambahan
bagian/item pada alat suling minyak atsiri skala kecil agar dapat berfungsi
sebagai destilasi refluk:
Ada 4 (empat)
item/bagian yang ditambah pada alat suling destilasi minyak atsiri skala kecil seperti
gambar di bawah ini, sehingga dapat berfungsi sebagai destilasi refluk
(misalnya untuk destilasi etanol):
- Pipa refluk: Berfungsi untuk mengalirkan cairan kondensasi (cairan distilat) ke kolom destilasi. Umumnya pada destilasi refluk skala besar, cairan distilat lebih dulu dialirkan ke wadah penampung (reflux drum), kemudian baru dilanjutkan ke kolom destilasi (refluk).
- Katup refluk (reflux valve) dan katup keluar (output valve). Reflux valve bisa dibuka atau ditutup sesuai kebutuhan destilasi refluk, sedangkan output valve untuk mengatur reflux ratio dan keluarnya hasil produk destilasi. Valve yang digunakan sebaiknya jenis needle valve karena lebih akurat/tepat dalam mengontrol aliran cairan.
- Pipa kolom destilasi
Penambahan
pipa kolom destilasi dengan tinggi 60 – 90 cm sesuai keinginan dan diameter 2
inchi, dimana pipa kolom disambungkan dengan tri-camp atas dan bawah sehingga
jadi fleksibel untuk dilepas jika tidak dibutuhkan.
Pada dasarnya kolom destilasi semakin
tinggi (panjang) semakin baik karena proses reaksi pemisahan komponen yang
terjadi semakin baik/murni, tapi perlu diingat bahwa semakin tinggi kolom maka
kebutuhan energi untuk mengantarkan uap menuju kondensor juga semakin besar dan
waktu yang diperlukan dalam proses tersebut juga lebih lama.
Di
dalam kolom destilasi biasanya berisi baki-baki (trays), plat-plat (plate) atau
packing, dan untuk alat destilasi skala kecil (home distiller) digunakan packing. Kolom
yang diisi packing disebut kolom kontak berkesinambungan (continuous-contact columns), sedangkan kolom yang berisi
baki atau plat disebut kolom kontak bertingkat (staged-contact columns) dikarenakan
cara kerja uap dan cairan melakukan kontak.
Untuk
mengetahui efisiensi kolom destilasi refluk dan packing adalah dengan HETP (high equivalent to a theoritical plate)
yaitu perbandingan antara tinggi kolom terhadap jumlah platnya. Penjelasan lebih lanjut dan hitungannya, dapat
dilihat di website www.homedistiller.org
& www.separationprocesses.com/distillation.
- Packing
Berfungsi untuk meningkatkan pemisahan komponen.
Bentuk dan bahan (material) packing
dirancang untuk menahan cairan dan memberi area permukaan yang luas agar
menghasilkan kontak yang baik antara uap panas dan cairan distilat sehingga diperoleh
pemisahan komponen yang baik.
Perlu diperhatikan agar packing
tidak menyumbat aliran uap panas naik ke atas dan juga tidak membuat tekanan berlebihan
cairan distilat yang menetes ke bawah. Bahan packing yang digunakan adalah
tidak berkarat dan tidak bereaksi dengan zat yang didestilasi.
Tipe packing dapat dikategorikan
jadi dua yaitu: random packing dan structured packing.
Bentuk random packing berupa raschig ring, cross
ring, pall ring, cascade mini ring super intalox, intalox saddle, berl saddle, small
ball, metal pro-pak, metal heli-pak, dll.
Contoh material packing yang umum
dan harga relatif murah untuk dipakai pada alat destilasi skala kecil (home
distiller) adalah skrub baja tahan karat (stainless steel wool scrubber), potongan
marmer (marbles diameter 10mm), cincin keramik (6mm ceramic raschig rings &
13mm ceramic raschig Rings), cincin kaca (glass ring).
Pengisian packing di kolom pada
bagian bawahnya disangga dengan sebuah plat yang berlubang-lubang agar material
packing tidak melorot atau jatuh ke bawah.
Proses destilasi refluk di dalam pipa kolom
destilasi:
Uap yang terkondensasi dan menjadi cairan distilat
dialirkan kembali ke kolom destilasi. Di dalam kolom akan terjadi proses dimana
cairan refluk tersebut yang jatuh/turun ke bawah akan bertemu uap yang dari
bawah naik ke atas sehingga terjadi proses pelepasan panas oleh uap naik dan
penyerapan panas oleh cairan yang turun, akan menyebabkan etanol yang
terkandung pada cairan menguap karena bertitik didih lebih rendah dari pada
air, sementara kandungan airnya akan mengembun dan terus turun ke bawah sampai
mendapatkan panas yang cukup untuk menguap lagi. Proses ini terjadi berulang
ulang didalam kolom sampai akhirnya sebagian uap berhasil lolos menuju
kondensor. Uap yang lolos ini sudah berkadar etanol tinggi karena sudah
beberapa kali mengalami proses naik-turun atau destilasi berulang kali didalam
kolom.
Packing di dalam
kolom mempunyai peranan yang penting untuk meningkatkan
pemisahan komponen etanol dan air. Packing harus bisa menahan cairan, memberi
area permukaan yang luas dan ruang kosong yang cukup sehingga kontak aliran uap
dan cairan berjalan secara maksimal. Cairan
akan lebih mudah menguap apabila bersentuhan dengan suatu permukaan yang
bersuhu berbeda. Demikian juga uap akan lebih mudah terkondensasi apabila
bersentuhan dengan permukaan yang berbeda suhu.
Termometer
ditempatkan pada posisi untuk memantau suhu uap sebelum keluar menuju kondensor.
Diperlukan beberapa kali mencoba sebelum dapat mengetahui dengan tepat pada
suhu berapa (dikisaran 79 - 81 oC), alat destilasi skala kecil dapat
menghasilkan kadar etanol tertinggi. Apabila suhu terlalu tinggi, etanol yang
dihasilkan akan berkadar rendah, tetapi bila suhu terlalu rendah, etanol tidak
akan keluar. Selama tidak ada tekanan
balik, destilasi akan berjalan pada tekanan normal (1 atm).
Penyulingan/destilasi etanol merupakan pekerjaan yang cukup beresiko dan
sudah seharusnya dilakukan, dibimbing dan diawasi oleh professional atau
guru/dosen yang berpengalaman. Mengingat etanol merupakan zat yang mudah terbakar
dan untuk menghindari bahaya kebakaran, selalu perhatikan dan kontrol alat destilasi
dari kemungkinan adanya kebocoran.
Foto-foto dan penjelasan mengenai keunggulan dan kelemahan
model Nixon-stone dapat dilihat di www.homedistiller.org
.
Disclaimers:
Semua tulisan di blog ini merupakan ekspresi pandangan dan
pendapat mengenai topik-topik yang disampaikan dan diterima serta hanya untuk
tujuan diskusi tukar pendapat. Semua tulisan di blog ini DILARANG dan/atau TIDAK
DAPAT digunakan sebagai informasi, referensi, acuan atau pedoman untuk
melakukan tindakan apapun.
Untuk mengetahui lebih lengkap dan memadai mengenai topik yang ditulis,
silakan cari buku dan artikel-artikel ilmiahnya melalui google, wikipedia atau
website lainnya serta dapat juga menanyakan kepada dosen pada bidang ilmu yang
bersangkutan atau ahli professional di Industri yang bersangkutan.
Terima kasih atas kunjungan ke blog ini.
Best Regards.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar